kepala.
10. Balas Dendam Penalti Belanda
Piala Dunia 1974 seharusnya menjadi milik tim Oranje,
tim yang berhasil menunjukkan permainan terbaik dan paling aktraktif.
Namun, menghadapi
Jerman mereka harus bertekuk lutut. Belanda berhasil unggul lebih dulu melalui sepakan penalti Johan Neeskens namun segera dibalas oleh Jerman melalui Paul Breitner juga melalui tendangan penalti. Sebelum akhirnya Gerd Mueller berhasil membawa keunggulan 2-1 di babak pertama.
Menariknya, 14 tahun kemudian di Piala Eropa 1988 babak semi-final, Belanda berhasil membalas dendam mereka kepada Jerman juga melalui Penalti. Lothar Matthaeus membuka keunggulan Jerman lewat tendangan penaltinya, namun Ronald Koeman berhasil menyamakan kedudukan juga lewat penalti, dan di menit terakhir sebelum peluit pertandingan berbunyi, Marco van Basten berhasil mencetak gol kemenangan bagi Belanda.
9. Ketangguhan Meksiko di Piala Dunia 1998
Meksiko berhasil membuktikan ketangguhan mereka dengan lolos ke babak penyisihan di Piala Dunia 1998 sebagai pemuncak grup. Di laga pembukaan mereka menghadapi Korea Selatan dan harus tertinggal 1-0 di babak pertama. Namun di babak kedua, Meksiko kembali bangkit dan menunjukkan permainan tangguh mereka hingga skor akhirnya berubah kedudukan menjadi 3-1.
Pertandingan berikutnya menghadapi Belgia, lagi-lagi Meksiko harus ketinggalan 2-0 dengan gol yang dicetak oleh Marc Wilmots, namun Alberto Garcia Aspe berhasil mencetak gol yang membuat kedudukan berakhir imbang 2-2. Sekali lagi, Meksiko berhasil terhindar dari kekalahan.
Belanda yang menjadi lawan berikut dari Meksiko berhasil menunjukkan dominasi mereka dengan unggul 2-0 meski pertandingan baru berlangsung 19 menit. Namun Meksiko urung menyerah dan melalui Hernandez, Meksiko (kembali) berhasil menyamakan kedudukan di menit terakhir pertandingan.
Lawan berat Meksiko berikutnya adalah Jerman. Ironi terjadi di pertandingan ini. Meksiko yang berhasil unggul lebih dulu 1-0 harus menerima kekalahan 2-1 setelah Jurgen Klinsmann dan Oliver Bierhoff mencetak gol di 15 menit terakhir pertandingan dan mengharuskan mereka angkat koper.
8. Kartu Merah Antonio Rattin dan David Beckham
Piala Dunia 1966, kapten Argentina Antonio Rattin harus mendapat kartu merah kontoversialnya dari wasit asal Jerman Rudolf Kreitlein setelah berdebat alot dengan sang wasit. Diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan Antonio Rattin agar segera meninggalkan lapangan, dan di pertandingan tersebut Argentina harus menelan kekalahan, sementara di lain pihak Inggris berhasil keluar sebagai juara Piala Dunia. 32 tahun kemudian, David Beckham harus menerima kartu merah kontroversialnya ketika menghadapi Argentina karena menekel Diego Simeone. Inggris akhirnya harus kalah dalam drama adu penalti tanpa kehadiran David Beckham.
7. Madjer, Si Penakluk Jerman
Babak penyisihan terakhir grup B di Piala Dunia 1982, Jerman Barat dan Austria bermain dengan skor memalukan 1-0 dan akhirnya harus menghadapi Aljazair untuk lolos ke babak selanjutnya. Horst Hrubesch mampu memberi keunggulan bagi Jerman di 10 menit pertandingan. Selanjutnya kedua tim berusaha untuk menciptakan gol namun tak satupun gol yang akhirnya tercipta.
Rabah Madjer kemudian membungkam Jerman dengan membalikkan skor 2-1 dalam pertandingan itu. Lima tahun kemudian, ketika membela Porto, Madjer kembali mencetak skor melalui tendangan tumit belakangnya yang sangat indah ketika menghadapi klub asal Jerman Bayern Munchen di final liga Eropa. Ironis bagi Lothar Matthaus yang membela Jerman di Piala Dunia 1982 dan Bayern Munchen 1987 ketika harus dikalahkan Madjer.
6. Senang Dan Tangis Trezeguet Melawan Italia
Momen terindah dalam karir Trezeguet adalah ketika harus menghadapi Italia di final Piala Eropa 2000. Dia berhasil melesakkan tendangan keras ke gawang Italia dan menciptakan gol penentu bagi Prancis di ajang tersebut. Enam tahun kemudian, di final Piala Dunia melawan Italia, tangis Trezeguet tak tertahankan karena justru gagal menjadi eksekutor penalti. Dan hal itu harus dibayar Trezeguet sebab Italia berhasil merengkuh gelar juara Piala Dunia yang keempat kalinya.
5. Prancis Dan Tendangan Gawang
Kita semua mengetahui, Michel Platini mencetak sembilan gol di Piala Eropa 1984, dan membuat Prancis berjaya di negerinya sendiri. Namun, golnya di final seharusnya tidak pernah terjadi seandainya Luis Araconada, kiper andalan Spanyol, tidak melakukan kesalahan fatal. Luis Araconada yang melakukan tendangan gawang secara pelan dan terbaca oleh Michel Platini harus dibayar mahal oleh Spanyol dengan kekalahan 2-0.
Dua tahun kemudian, Prancis diunggulkan akan menjuarai Piala Dunia setelah berhasil mengalahkan Brasil di babak perempat-final melalui adu penalti. Namun, ketika harus berhadapan dengan Jerman Barat, Prancis harus menelan kekalahan 2-0 setelah penjaga gawang Prancis melakukan kesalahan ketika melakukan tendangan gawang dengan pelan dan akhirnya terbaca lawan.
4. Spanyol Dan Keberpihakan Wasit
Spanyol yang menjadi tuan rumah Piala Dunia 1982 sangat berharap mampu merengkuh gelar juara kali ini. Dan sepertinya wasit mencoba untuk membantu mereka. Pertandingan pertama, Spanyol harus berhadapan dengan tim kuda hitam Honduras. Dibutuhkan waktu yang lama bagi Spanyol agar dapat unggul 1-0, itupun berkat keputusan wasit asal Argentina yang menghadiahi tendangan penalti bagi Spanyol. Dan Roberto Lopez Uparte tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu.
Pertandingan berikutnya menghadapi Yugoslavia. Lagi-lagi wasit memberi hadiah penalti bagi Spanyol. Kali ini tendangan Lopez Ufarte gagal berbuah gol, namun hal aneh terjadi, wasit kemudian meniup peluit dan menyuruh agar tendangan penalti diulang. Karena diberi kesempatan kedua, Spanyol kemudian mengganti eksekutornya dan Juanito berhasil mencetak gol yang membawa kemenangan bagi Spanyol 2-1.
Dua puluh tahun kemudian, para pemain Spanyol tentu saja telah berubah. Meski begitu, Spanyol harus menanggung karmanya. Pemain Spanyol harus menangis karena wasit sepertinya menolong tim tuan rumah, Korea Selatan di Piala Dunia 2002 dalam babak perempat-final. Hal ini terjadi karena dua gol Ivan Helguera dan Fernando Morientes ternyata dianulir oleh wasit. Selanjutnya, Korea Selatan akhirnya keluar sebagai pemenang dalam pertandingan itu.
3. Real Madrid Dan Barcelona Saling Bungkam 5-0
Tahun 1994 di Nou Camp, Barcelona berhasil membungkam Real Madrid dengan skor telak 5-0, Romario berhasil mencetak hat trick. The Catalans akhirnya memenangkan gelar La Liga Spanyol tahun itu, dan Los Blancos hanya menempati urutan keempat.
Tahun 1995 di Santiago Bernabeu, Real Madrid kemudian membalas dendam mereka kepada Barcelona dengan skor yang sama 5-0. Ivan Zamorano mencetak hat trick. Real Madrid akhirnya memenangkan gelar La Liga tahun itu, dan seteru abadi mereka hanya mampu menempati urutan ketiga.
2. Bayern Munchen, Manchester United, Dan Pahlawan Menit Terakhir
Bayern Munchen harus kehilangan gelar juara Liga Champions 1999 di Nou Camp setelah dua gol telat yang diciptakan Manchester United dari umpan silang David Beckham. Tapi Maret ini, Bayern Munchen membalasnya. Perempat-final liga Champions, Bayern Munchen harus menjamu Manchester United dan unggul 2-1 di leg pertama. Di leg kedua, United meski menang 3-2 akhirnya harus tersisih dari ajang Liga Champions setelah gol telat Robben.
1. Geoff Hurst Gol, Frank Lampard Bukanlah Gol
Bagaimana membedakan bola yang terpantul dari mistar gawang itu masuk atau tidak? Bedanya sangat tipis. Dan itu terjadi di Piala Dunia 2010. Pertandingan apa yang tersaji ketika Inggris dan Jerman harus saling berhadapan? Pertandingan keras dengan tempo tinggi adalah jawabannya.
44 tahun lalu, kala Inggris berhadapan dengan Jerman, salah satu gol yang tercipta adalah gol pantulan dari mistar gawang. Hakim garis asal Uni Soviet Tofik Bakhramov kemudian menyahkannya sebagai gol.
Kemudian pertandingan Inggris dan Jerman kembali tersaji di babak perdelapan-final Piala Dunia 2010. Keunggulan Jerman 2-1 segera dijawab dengan permainan cepat Inggris. Hasilnya Frank Lampard berhasil melesakkan tendangan yang membentur mistar gawang dan memantul ke dalam garis gawang Jerman, namun tidak seperti 44 tahun lalu, tendangan Frank Lampard tidak dianulir sebagai gol oleh hakim garis. Akhirnya Inggris ditekuk Jerman 4-1.
Jerman mereka harus bertekuk lutut. Belanda berhasil unggul lebih dulu melalui sepakan penalti Johan Neeskens namun segera dibalas oleh Jerman melalui Paul Breitner juga melalui tendangan penalti. Sebelum akhirnya Gerd Mueller berhasil membawa keunggulan 2-1 di babak pertama.
Menariknya, 14 tahun kemudian di Piala Eropa 1988 babak semi-final, Belanda berhasil membalas dendam mereka kepada Jerman juga melalui Penalti. Lothar Matthaeus membuka keunggulan Jerman lewat tendangan penaltinya, namun Ronald Koeman berhasil menyamakan kedudukan juga lewat penalti, dan di menit terakhir sebelum peluit pertandingan berbunyi, Marco van Basten berhasil mencetak gol kemenangan bagi Belanda.
9. Ketangguhan Meksiko di Piala Dunia 1998
Meksiko berhasil membuktikan ketangguhan mereka dengan lolos ke babak penyisihan di Piala Dunia 1998 sebagai pemuncak grup. Di laga pembukaan mereka menghadapi Korea Selatan dan harus tertinggal 1-0 di babak pertama. Namun di babak kedua, Meksiko kembali bangkit dan menunjukkan permainan tangguh mereka hingga skor akhirnya berubah kedudukan menjadi 3-1.
Pertandingan berikutnya menghadapi Belgia, lagi-lagi Meksiko harus ketinggalan 2-0 dengan gol yang dicetak oleh Marc Wilmots, namun Alberto Garcia Aspe berhasil mencetak gol yang membuat kedudukan berakhir imbang 2-2. Sekali lagi, Meksiko berhasil terhindar dari kekalahan.
Belanda yang menjadi lawan berikut dari Meksiko berhasil menunjukkan dominasi mereka dengan unggul 2-0 meski pertandingan baru berlangsung 19 menit. Namun Meksiko urung menyerah dan melalui Hernandez, Meksiko (kembali) berhasil menyamakan kedudukan di menit terakhir pertandingan.
Lawan berat Meksiko berikutnya adalah Jerman. Ironi terjadi di pertandingan ini. Meksiko yang berhasil unggul lebih dulu 1-0 harus menerima kekalahan 2-1 setelah Jurgen Klinsmann dan Oliver Bierhoff mencetak gol di 15 menit terakhir pertandingan dan mengharuskan mereka angkat koper.
8. Kartu Merah Antonio Rattin dan David Beckham
Piala Dunia 1966, kapten Argentina Antonio Rattin harus mendapat kartu merah kontoversialnya dari wasit asal Jerman Rudolf Kreitlein setelah berdebat alot dengan sang wasit. Diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan Antonio Rattin agar segera meninggalkan lapangan, dan di pertandingan tersebut Argentina harus menelan kekalahan, sementara di lain pihak Inggris berhasil keluar sebagai juara Piala Dunia. 32 tahun kemudian, David Beckham harus menerima kartu merah kontroversialnya ketika menghadapi Argentina karena menekel Diego Simeone. Inggris akhirnya harus kalah dalam drama adu penalti tanpa kehadiran David Beckham.
7. Madjer, Si Penakluk Jerman
Babak penyisihan terakhir grup B di Piala Dunia 1982, Jerman Barat dan Austria bermain dengan skor memalukan 1-0 dan akhirnya harus menghadapi Aljazair untuk lolos ke babak selanjutnya. Horst Hrubesch mampu memberi keunggulan bagi Jerman di 10 menit pertandingan. Selanjutnya kedua tim berusaha untuk menciptakan gol namun tak satupun gol yang akhirnya tercipta.
Rabah Madjer kemudian membungkam Jerman dengan membalikkan skor 2-1 dalam pertandingan itu. Lima tahun kemudian, ketika membela Porto, Madjer kembali mencetak skor melalui tendangan tumit belakangnya yang sangat indah ketika menghadapi klub asal Jerman Bayern Munchen di final liga Eropa. Ironis bagi Lothar Matthaus yang membela Jerman di Piala Dunia 1982 dan Bayern Munchen 1987 ketika harus dikalahkan Madjer.
6. Senang Dan Tangis Trezeguet Melawan Italia
Momen terindah dalam karir Trezeguet adalah ketika harus menghadapi Italia di final Piala Eropa 2000. Dia berhasil melesakkan tendangan keras ke gawang Italia dan menciptakan gol penentu bagi Prancis di ajang tersebut. Enam tahun kemudian, di final Piala Dunia melawan Italia, tangis Trezeguet tak tertahankan karena justru gagal menjadi eksekutor penalti. Dan hal itu harus dibayar Trezeguet sebab Italia berhasil merengkuh gelar juara Piala Dunia yang keempat kalinya.
5. Prancis Dan Tendangan Gawang
Kita semua mengetahui, Michel Platini mencetak sembilan gol di Piala Eropa 1984, dan membuat Prancis berjaya di negerinya sendiri. Namun, golnya di final seharusnya tidak pernah terjadi seandainya Luis Araconada, kiper andalan Spanyol, tidak melakukan kesalahan fatal. Luis Araconada yang melakukan tendangan gawang secara pelan dan terbaca oleh Michel Platini harus dibayar mahal oleh Spanyol dengan kekalahan 2-0.
Dua tahun kemudian, Prancis diunggulkan akan menjuarai Piala Dunia setelah berhasil mengalahkan Brasil di babak perempat-final melalui adu penalti. Namun, ketika harus berhadapan dengan Jerman Barat, Prancis harus menelan kekalahan 2-0 setelah penjaga gawang Prancis melakukan kesalahan ketika melakukan tendangan gawang dengan pelan dan akhirnya terbaca lawan.
4. Spanyol Dan Keberpihakan Wasit
Spanyol yang menjadi tuan rumah Piala Dunia 1982 sangat berharap mampu merengkuh gelar juara kali ini. Dan sepertinya wasit mencoba untuk membantu mereka. Pertandingan pertama, Spanyol harus berhadapan dengan tim kuda hitam Honduras. Dibutuhkan waktu yang lama bagi Spanyol agar dapat unggul 1-0, itupun berkat keputusan wasit asal Argentina yang menghadiahi tendangan penalti bagi Spanyol. Dan Roberto Lopez Uparte tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu.
Pertandingan berikutnya menghadapi Yugoslavia. Lagi-lagi wasit memberi hadiah penalti bagi Spanyol. Kali ini tendangan Lopez Ufarte gagal berbuah gol, namun hal aneh terjadi, wasit kemudian meniup peluit dan menyuruh agar tendangan penalti diulang. Karena diberi kesempatan kedua, Spanyol kemudian mengganti eksekutornya dan Juanito berhasil mencetak gol yang membawa kemenangan bagi Spanyol 2-1.
Dua puluh tahun kemudian, para pemain Spanyol tentu saja telah berubah. Meski begitu, Spanyol harus menanggung karmanya. Pemain Spanyol harus menangis karena wasit sepertinya menolong tim tuan rumah, Korea Selatan di Piala Dunia 2002 dalam babak perempat-final. Hal ini terjadi karena dua gol Ivan Helguera dan Fernando Morientes ternyata dianulir oleh wasit. Selanjutnya, Korea Selatan akhirnya keluar sebagai pemenang dalam pertandingan itu.
3. Real Madrid Dan Barcelona Saling Bungkam 5-0
Tahun 1994 di Nou Camp, Barcelona berhasil membungkam Real Madrid dengan skor telak 5-0, Romario berhasil mencetak hat trick. The Catalans akhirnya memenangkan gelar La Liga Spanyol tahun itu, dan Los Blancos hanya menempati urutan keempat.
Tahun 1995 di Santiago Bernabeu, Real Madrid kemudian membalas dendam mereka kepada Barcelona dengan skor yang sama 5-0. Ivan Zamorano mencetak hat trick. Real Madrid akhirnya memenangkan gelar La Liga tahun itu, dan seteru abadi mereka hanya mampu menempati urutan ketiga.
2. Bayern Munchen, Manchester United, Dan Pahlawan Menit Terakhir
Bayern Munchen harus kehilangan gelar juara Liga Champions 1999 di Nou Camp setelah dua gol telat yang diciptakan Manchester United dari umpan silang David Beckham. Tapi Maret ini, Bayern Munchen membalasnya. Perempat-final liga Champions, Bayern Munchen harus menjamu Manchester United dan unggul 2-1 di leg pertama. Di leg kedua, United meski menang 3-2 akhirnya harus tersisih dari ajang Liga Champions setelah gol telat Robben.
1. Geoff Hurst Gol, Frank Lampard Bukanlah Gol
Bagaimana membedakan bola yang terpantul dari mistar gawang itu masuk atau tidak? Bedanya sangat tipis. Dan itu terjadi di Piala Dunia 2010. Pertandingan apa yang tersaji ketika Inggris dan Jerman harus saling berhadapan? Pertandingan keras dengan tempo tinggi adalah jawabannya.
44 tahun lalu, kala Inggris berhadapan dengan Jerman, salah satu gol yang tercipta adalah gol pantulan dari mistar gawang. Hakim garis asal Uni Soviet Tofik Bakhramov kemudian menyahkannya sebagai gol.
Kemudian pertandingan Inggris dan Jerman kembali tersaji di babak perdelapan-final Piala Dunia 2010. Keunggulan Jerman 2-1 segera dijawab dengan permainan cepat Inggris. Hasilnya Frank Lampard berhasil melesakkan tendangan yang membentur mistar gawang dan memantul ke dalam garis gawang Jerman, namun tidak seperti 44 tahun lalu, tendangan Frank Lampard tidak dianulir sebagai gol oleh hakim garis. Akhirnya Inggris ditekuk Jerman 4-1.
0 komentar:
Posting Komentar