Rabu, 05 Desember 2012

Sama-sama Stres, Orang Kaya Bisa Hidup Lebih Lama Daripada Si Miskin


Uang memang tak bisa membeli kebahagiaan tapi menurut sebuah studi baru dari Inggris, uang dapat membantu seseorang menghindari efek negatif dari ketidakbahagiaan dan stres. Itulah mengapa orang kaya bisa hidup lebih lama daripada orang miskin, meski keduanya sama-sama merasakan stres atau berada di bawah tekanan hidup.

"Temuan ini menunjukkan bahwa kombinasi kemiskinan dan stres itu sama halnya dengan sebuah bom. Bahkan orang-orang itu benar-benar memiliki tingkat
kematian yang tinggi, lebih tinggi dari yang Anda perkirakan hanya dengan menambahkan efek terpisah dari keduanya," ujar ketua tim peneliti Dr. Antonio Ivan Lazzarino dari University College London.

Untuk memperoleh kesimpulan itu, peneliti mengamati database lebih dari 66.500 orang di Inggris yang berusia 35 tahun ke atas dalam kurun waktu 1994-2004.

Partisipan ditanyai tentang pekerjaannya (apakah mereka termasuk pekerja yang tidak memiliki skill atau memegang posisi manajerial) dan apakah partisipan memiliki gejala kecemasan, depresi, kurang percaya diri atau disfungsi sosial. Seluruh partisipan juga diketahui tak mengidap kanker atau penyakit jantung di awal studi.

Namun setelah mengesampingkan faktor usia dan jenis kelamin, peneliti menyimpulkan bahwa orang yang miskin dan mengalami stres akan meninggal lebih dini.

Punya uang lebih banyak juga tampaknya berfungsi sebagai penopang sehingga orang kaya tak begitu merasakan efek negatif dari stres, meski mungkin tingkat stresnya sangat tinggi. "Sebaliknya, pendapatan yang rendah tampaknya memperkuat efek negatif dari stres," tandas Lazarino seperti dikutip dari health.com, Kamis (6/12/2012).

Peneliti menduga orang kaya memiliki cara yang lebih baik untuk mengelola atau menanggulangi stres yang dirasakannya, selain karena ada lebih banyak orang di sekelilingnya yang siap membantunya.

Lagipula studi sebelumnya juga menunjukkan sistem kardiovaskular orang kaya akan pulih lebih cepat dari stres akut sehingga mencegah atau menunda kerusakan kardiovaskular dalam jangka yang lebih panjang daripada orang miskin.

Menanggapi studi ini, pakar epidemiologi psikiatri dari University of Bristol, Glyn Lewis mengaku tak kaget dengan temuan tersebut. "Orang miskin jelas tak punya banyak pilihan untuk melawan stres yang dialaminya," katanya.

Misalnya mobil Anda rusak, orang kaya tentu mampu membeli mobil baru, memperbaiki mobilnya lebih cepat atau mendapatkan asuransi dari kerusakan itu. "Stresnya takkan begitu terasa jika Anda punya uang mencari alternatif solusinya," pungkas Lewis.

Leave a Reply

Sama-sama Stres, Orang Kaya Bisa Hidup Lebih Lama Daripada Si Miskin


Uang memang tak bisa membeli kebahagiaan tapi menurut sebuah studi baru dari Inggris, uang dapat membantu seseorang menghindari efek negatif dari ketidakbahagiaan dan stres. Itulah mengapa orang kaya bisa hidup lebih lama daripada orang miskin, meski keduanya sama-sama merasakan stres atau berada di bawah tekanan hidup.

"Temuan ini menunjukkan bahwa kombinasi kemiskinan dan stres itu sama halnya dengan sebuah bom. Bahkan orang-orang itu benar-benar memiliki tingkat
kematian yang tinggi, lebih tinggi dari yang Anda perkirakan hanya dengan menambahkan efek terpisah dari keduanya," ujar ketua tim peneliti Dr. Antonio Ivan Lazzarino dari University College London.

Untuk memperoleh kesimpulan itu, peneliti mengamati database lebih dari 66.500 orang di Inggris yang berusia 35 tahun ke atas dalam kurun waktu 1994-2004.

Partisipan ditanyai tentang pekerjaannya (apakah mereka termasuk pekerja yang tidak memiliki skill atau memegang posisi manajerial) dan apakah partisipan memiliki gejala kecemasan, depresi, kurang percaya diri atau disfungsi sosial. Seluruh partisipan juga diketahui tak mengidap kanker atau penyakit jantung di awal studi.

Namun setelah mengesampingkan faktor usia dan jenis kelamin, peneliti menyimpulkan bahwa orang yang miskin dan mengalami stres akan meninggal lebih dini.

Punya uang lebih banyak juga tampaknya berfungsi sebagai penopang sehingga orang kaya tak begitu merasakan efek negatif dari stres, meski mungkin tingkat stresnya sangat tinggi. "Sebaliknya, pendapatan yang rendah tampaknya memperkuat efek negatif dari stres," tandas Lazarino seperti dikutip dari health.com, Kamis (6/12/2012).

Peneliti menduga orang kaya memiliki cara yang lebih baik untuk mengelola atau menanggulangi stres yang dirasakannya, selain karena ada lebih banyak orang di sekelilingnya yang siap membantunya.

Lagipula studi sebelumnya juga menunjukkan sistem kardiovaskular orang kaya akan pulih lebih cepat dari stres akut sehingga mencegah atau menunda kerusakan kardiovaskular dalam jangka yang lebih panjang daripada orang miskin.

Menanggapi studi ini, pakar epidemiologi psikiatri dari University of Bristol, Glyn Lewis mengaku tak kaget dengan temuan tersebut. "Orang miskin jelas tak punya banyak pilihan untuk melawan stres yang dialaminya," katanya.

Misalnya mobil Anda rusak, orang kaya tentu mampu membeli mobil baru, memperbaiki mobilnya lebih cepat atau mendapatkan asuransi dari kerusakan itu. "Stresnya takkan begitu terasa jika Anda punya uang mencari alternatif solusinya," pungkas Lewis.

0 komentar:

Posting Komentar