Beberapa tahun kemudian rumah makan sederhana itu harus berganti rupa menjadi warung makan yang lebih kecil di sebelah pasar. Setelah lama tak mendengar kabarnya, kini setiap malam ia ditemani anak serta menantunya menggelar tikar dan menjual lesehan di pinggir alun-alunkota. Cucunya sudah beberapa. Orang orang pun masih mengenal masa lalunya yang berkelimpahan. namun ia tak pernah kehilangan senyumnya untuk para pembeli. "Wahai ibu, bagaimana kau sedemikian kuat?"
"Harapan, Nak! Jangan kehilangan HARAPAN. Bukankah seorang guru dunia pernah berujar, karena harapanlah seorang ibu menyusui anaknya. Karena harapanlah kita menanam pohon meski kita tahu kita tidak akan memetik buahnya yang ranum di kemudian hari. Sekali kau kehilangan harapan, kau akan kehilangan seluruh kekuatanmu untuk menghadapi dunia.
0 komentar:
Posting Komentar