Oleh: Amansyah Sinaga*
Berbicara
tentang sukses, saya yakin setiap kita berkeinginan untuk menjadi orang
yang sukses. Untuk sampai ketujuan tersebut tidaklah semudah membalikan
telapak tangan, perlu adanya tangga-tangga yang harus kita jalani.
Seorang Tabi’in
yang bernama Ato’ bin Abi Robah adalah salah satu contoh dari orang
yang sukses. Sejarah mencatat, bahwa Ato’ bin Abi Robah punya banyak
kekurangan/kejelekan fisik, tapi hal tersebut tidak menghalanginya untuk
menjadi orang sukses. Tidak ada ulama yang tidak kenal siapa beliau.
Ketika ditanya, bagaimana Anda bisa sukses, pada hal Anda banyak memiliki kekurangan. Beliau menjawab: “Dalam
hidup saya, saya membagi waktu saya menjadi tiga bagian 1- Sepertiga
untuk Tuhan, 2- Sepertiga untuk tuan/majikan, dan 3- Sepertiga untuk
menuntut ilmu.
Apa rahasia dibalik kesuksesannya selain menajemen waktu ini? Ada beberapa trik atau tangga-tangga yang beliau lalui:
1. An-Niyyatu al-Mukhlishah (Niat yang ikhlas)
Kenapa
niat bisa menjadikan orang sukses? Karena niat merupakan motivator
(pendorong) kuat dalam diri seseorang untk melakukan sesuatu.
Besar kecilnya pahala yang didapat seseorang tergantung dengan niatnya. Dalam satu hadits dijelaskan: Dari
Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia
berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya
mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada
Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya.
Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena
seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang
ditujunya”.(Muttafaqu ‘Alaihi).
Diawal
perjalanan menuju sukses tersebut, segala aktifitas kita niatkan karena
Allah Swt.. Tapi, ditengah perjalanan niat kita juga bisa lari dari
tujuan semula. Oleh sebab itu, tidak ada kata terlambat bagi kita untuk
selalu memperbaharui niat.
2. Al-Irodatu al-Qowiyyah (Kemauan yang kuat)
Dalam
satu majlis seorang Ustadz pernah bertanya kepada jama’ah yang selalu
diajarnya. Menurut bapak/ibu sekalian, pekerjaan atau cita-cita apa yang
paling susah untuk dicapai? Berbagai jawaban mengalir dari lisan
jama’ah yang hadir ketika itu. Ada yang mengatakan; jadi anggota DPR,
Pilot, punya kebun yang luas, dan sebagainya. Sebenarnya, untuk meraih
cita-cita diatas tidaklah sesulit memasuki Syurga. Kita tidak tahu
apakah kita akan masuk
syurga atau sebaliknya. Tapi, walaupun begitu
kita tetap optimis akan dapat memasuki syurga Allah. Semuanya berangkat
dari kemauan kita, ada kemauan disitu pula ada jalan.
Maka,
mulai detik ini kita tanamkan cita-cita yang tinggi. Karena itu
merupakan potret masa depan kita. Logikanya, kalau tidak punya
cita-cita, berarti kita tidak punya masa depan yang cemerlang.
3. As-Shabru ‘ala al-Ibtilâ’ (Sabar terhadap ujian)
Perjalanan
hidup tidaklah selamanya mulus. Ibarat kapal yang sedang berlayar
sesekali akan diterjang badai juga. Begitu pula dengan menjalani hidup
ini, tak terlepas dari ujian dan cobaan.
Orang
yang bersabar akan dijadikan Allah pemimpin-pemimpin dunia yang
memberikan petunjuk (solusi) terhadap permasalahan umat. Sebagaimana
firman Allah Swt. Artinya: “Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar…”. (QS. As-Sajadah:24).
Semua
orang yang sukses didunia ini berangkat dari kesabarannya. Thomas Alfa
Edison, seorang penemu listrik yang tidak beriman kepada Allah Swt. bisa
berahasil setelah ribuan kali gagal. Tapi, karena kesabarannya
menjalani proses, akhirnya dia berhasil.
4. Al-‘amalu al-Mutqin (kerja yang profesional)
Profesional
merupakan elemen dasar terciptanya kemajuan dalam semua level kehidupan
manusia. Tidak ada prestasi yang bisa dicapai oleh siapapun tanpa
dimulai dengan proses bekerja yang itqân (rapi). Setiap kegagalan
dan keterbelakangan biasanya selalu dimulai dari satu unsur saja:
“kerja yang berantakan”, dan dia adalah lawan dari itqân.
Sebagai
agama yang universal, Islam selalu mengajarkan umatnya untuk rapi dan
profesional dalam menjalankan semua pekerjaan. Bahkan Islam menjadikan
hakikat hidup dan mati sebagai sebuah proses untuk menguji siapa yang
paling bagus pekerjaan (amal-amal)-nya.
Allah Swt. berfirman:
Artinya: “Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa diantara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan dia maha perkasa lagi maha Pengampun. (QS. Al-Mulk:2)
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw. Juga mengingatkan:
Artinya:
“Sesungguhnya Allah Swt. menyukai bila kalian melakukan melakukan
sesuatu pekerjaan dengan rapi. (HR. Abu Ya’la, dan dishahihkan oleh Al
Albani).
Tulisan
singkat ini hanyalah sebahagian anak tangga yang bisa kita lalui untuk
mencapai kesuksesan. Dan masih banyak lagi tangga-tangga lain yang bisa
kita jalani. Semoga bermanfaat..!
0 komentar:
Posting Komentar